JUDUL PENELITIAN : PERKEMBANGAN
BAHASA ANAK USIA 2-3 TAHUN (IBU BEKERJA)
OLEH: ARINDYTA PUSPITA DEVI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Proses
perkembangan manusia dimulai dengan perkembangan prakelahiran, perkembangan
fase bayi, perkembangan fase awal kanak-kanak, perkembangan fase akhir kanak-kanak,
perkembangan fase remaja, perkembangan tahap dewasa, dan perkembangan lansia.
Pembahasan di sini difokuskan pada perkembangan anak usia 2-3 tahun. Bahasa
pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan, karena anak pada umumnya masih
menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap transisi
dalam berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh mitra tuturnya. Untuk
menjadi mitra tutur pada anak dan untuk dapat memahami maksud dari pembicaraan
anak, mitra tutur harus menguasai kondisi atau lingkungan sekitarnya, maksudnya
ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan media di sekitar mereka untuk
menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan kepada mitratutrnya di dalam
berbicara. Selain menggunakan struktur bahasa yang masih kacau, anak-anak juga
cenderung masih menguasai keterbatasan dalam kosakata dan dalam pelafalan
fonemnya secara tepat. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Pemerolehan
bahasa yang diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai
sukses penguasaan yang lancar serta fasih terhadap bahasa ibu mereka atau yang
sering dikenal dengan bahasa yang terbentuk dari lingkungan sekitar. Dalam hal
ini pemerolehan bahasa pada anak akan membawa anak pada kelancaran dan
kefasihan anak dalam berbicara. Rentang umur anak di usia balita umumnya
mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu dan ingatan cenderung lebih cepat
dibandingkan usia-usia diatas balita. Sehingga dalam usia-usia tersebut
sebaiknya mendapatkan pemerolehan bahasa yang baik, anak harus selalu
dirangsang dengan sesuatu yang bersifat pedagogig atau pendidikan. Pendidikan
bahasa pada anak-anak tersebut harus selalu di tingkatkan untuk memperoleh
hasil berbicara yang baik.
B.
RUMUSAN MASALAH
Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pemerolehan bahasa pada anak ?
2.
Bagaimana
kemampuan bahasa pada anak usia 2-3 tahun?
3.
Bagaimana hasil
penelitian tentang perkembangan pada bahasa anak usia 2-3 tahun?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
pemerolehan bahasa pada anak.
2.
Untuk
mengetahui kemampuan bahasa pada anak usia 2-3 tahun.
3.
Untuk
mengetahui hasil penelitian tentang perkembangan bahasa pada anak usia 2-3
tahun.
D.
MANFAAT
PENELITIAN
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Penelitian ini
bermanfaat untuk bisa menjadikan acuan kita dalam mengetahui tumbuh kembang
bahasa pada anak usia 2-3 tahun.
2.
Penelitian ini
memberikan wawasan kepada kita untuk mengetahui perkembangan bahasa anak secara
umum dilihat dari penguasaan kosakatanya.
3.
Penelitian ini
juga bermanfaat sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya untuk mengetahui
perkembangan bahasa anak umur 2-3 tahun.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TEORI PEMEROLEHAN BAHASA
1.
Teori Pemerolehan Bahasa Behavioristik
Menurut pandangan kaum behavioristik atau
kaum empirik atau kaum antimentalistik, bahwa anak sejak lahir tidak membawa
strutur linguistik. Artinya, anak lahir tidak ada struktur linguistik yang
dibawanya. Anak yang lahir dianggap kosong dari bahasa. Mereka berpendapat
bahwa anak yang lahir tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa.
Brown dalam Pateda (1990:43) menyatakan
bahwa anak lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan,
lingkungannyalah yang akan membentuknya yang perlahan-lahan dikondisikan oleh
lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya. Pengetahuan dan
keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar.
Pengalaman dan proses belajar yang akan membentuk akuisisi bahasanya. Dengan
demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan melalui pewarisan
kebudayaan, sama halnya seperti orang yang akan belajar mengendarai sepeda.
Menurut Skinner (Suhartono, 2005:73)
tingkah laku bahasa dapat dilakukan dengan cara penguatan. Penguatan itu
terjadi melalui dua proses yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian, yang
paling penting di sini adalah adanya kegiatan mengulangulang stimulus dalam
bentuk respon. Oleh karena itu, teori stimulus dan respon ini juga dinamakan
teori behaviorisme.
Dikaitkan dengan akuisisi bahasa, teori
behavioris mendasarkan pada proses akuisisi melalui perubahan tingkah laku yang
teramati. Gagasan behavioristik terutama didasarkan pada teori belajar yang
pusat perhatian tertuju pada peranan lingkungan, baik verbal maupun nonverbal.
Teori belajar behavioris ini menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku dilakukan
dengan menggunakan model stimulus (S) dan respon (R) Dengan demikian, akuisisi
bahasa dapat diterangkan berdasarkan konsep SR. Setiap ujaran dan bagian ujaran
yang dihasilkan anak adalah reaksi atau respon terhadap stimulus yang ada.
Apabila berkata, “Bu, saya minta makan”, sebenarnya sebelum ada ujaran ini anak
telah ada stimulus berupa perut terasa kosong dan lapar. Keinginan makan,
antara lain dapat dipenuhi dengan makan nasi atau bubur. Bagi seorang anak yang
beraksi terhadap stimulus yang akan datang, ia mencoba menghasilkan sebagian
ujaran berupa bunyi yang kemudian memperoleh pengakuan dari orang yang di
lingkungan anak itu.
Kaum behavioris memusatkan perhatian pada
pola tingkah laku berbahasa yang berdaya guna untuk menghasilkan respon yang
benar terhadap setiap stimulus. Apabila respon terhadap stimulus telah
disetujui kebenarannya, hal itu menjadi kebiasaan. Misalnya seorang anak
mengucapkan , "ma ma ma",dan tidak ada anggota keluarga yang menolak
kehadiran kata itu, maka tuturan "ma ma ma", akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan itu akan diulangi lagi ketika anak tadi melihat sesosok tubuh manusia
yang akan disebut ibu yang akan dipanggil "ma ma ma". Hal yang sama
akan berlaku untuk setiap kata-kata lain yang didengar anak.
Teori akuisisi bahasa berdasarkan konsep
behavioris menjelaskan bahwa anak-anak mengakuisisi bahasa melalui hubungan
dengan lingkungan, dalam hal ini dengan cara meniru. Dalam hubungan dengan
peniruan ini Pateda (1990:45) menyatakan bahwa faktor yang penting dalam
peniruan adalah frekuensi berulangnya satu kata dan urutan kata. ujaran-ujaran
itu akan mendapat pengukuhan, sehingga anak akan lebih berani menghasilkan kata
dan urutan kata. Seandainya kata dan urutan kata itu salah, maka lingkungan
tidak akan memberikan pengukuhan. dengan cara ini, lingkungan akan mendorong
anak menghasilkan tuturan yang gramatikal dan tidak memberi pengukuhan terhadap
tuturan yang tidak gramatikal.
2.
Teori Pemerolehan Bahasa Mentalistik
Menurut pandangan kaum mentalis atau
rasionalis atau nativis, proses akuisisi bahasa bukan karena hasil proses
belajar, tetapi karena sejak lahir ia telah memiliki sejumlah kapasitas atau
potensi bahasa yang akan berkembang sesuai dengan proses kematangan
intelektualnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Chomsky
(1959) bahwa anak yang lahir ke dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi.
Potensi bahasa ini akan turut menentukan struktur bahasa yang akan digunakan.
Pandangan ini yang akan kelask disebut hipotesis rasionalis atau hipotesis
ide-ide bawaan yang akan dipertentangkan dengan hipotesis empiris yang
berpendapat bahwa bahasa diperoleh melalui proses belajar atau pengalaman.
Seperti telah dikatakan di atas bahwa anak
memiliki kapasitas atau potensi bahasa maka potensi bahasa ini akan berkembang
apabila saatnya tiba. Pandangan ini biasanya disebut pandangan nativis (Brown,
1980:20). Kaum mentalis beranggapan bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki
apa yang disebut LAD (Language Acquisition Device). Kelengkapan bahas ini
berisi sejumlah hipotesis bawaan. Hipotesis bawaan menurut para ahli
berpendapat bahasa adalah satu pola tingkah laku spesifik dan bentuk tertentu
dari persepsi kecakapan mengategorikan dan mekanisme hubungan bahasa, secara
biologis telah ditemukan (Comsky, 1959).
Mc Neill (Brown, 1980:22) menyatakan bahwa LAD itu terdiri atas:
1)
kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain.
2)
kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke dalam sejumlah kelas yang akan berkembang kemudian.
3)
pengetahuan tenteng sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak mungkin, dan
kecapan menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan
sistem linguistik, Dengan demikian, dapat melahirkan sistem yang dirasakan
mungkin diluar data linguistik yang ditemukan.
4)
Pandangan kaum mentalis yang perlu diperhatikan adalah penemuan mereka
tentang sistem bekerjanya bahasa anak. Chomsky dan kawan-kawan berpendapat
bahwa perkembangan bahasa anak bukanlah perubahan rangkaian proses yang berlangsung
sedikit semi sedikit pada struktur bahasa yang tidak benar, dan juga standia
lanjut. Akan tetapi standia yang bersistem yang berbentuk
kelengkapan-kelengkapan bawaan ditambah dengan pengalaman anak ketika ia
melaksanakan sosialisasi diri. Kelengkapan bawaan ini kemudian diperluas,
dikembangkan, dan bahkan diubah.
Dalam hubungan anak membawa sejumlah
kapasitas dan potensi, kaum mentalis memberikan alasan-alasan sebagai berikut:.
Semua manusia belajar bahasa tertentu; semua bahasa manusia sama-sama dapat
dipelajari oleh manusia; semua bahasa manusia bebeda dalam aspek lahirnya,
tetapi semua bahasa mempunyai ciri pembeda yang umum, ciri-ciri pembeda ini
yang terdapat pada semua bahasa merupakan kunci terhadap pengertian potensi
bawaan bahasa tersebut. Argumen ini mengarahkan kita kepada pengambilan
kesimpulan bahwa potensi bawaan bukan saja potensi untuk dapat mempelajari
bahasa, tetapi hal itu merupakan potensi genetik yang akan menentukan struktur
bahasa yang akan dipelajarinya.
3.
Teori Akuisisi Bahasa Kognitif
Dalam psikolingustik, teori kognitif ini
yang memandang bahasa lebih mendalam lagi. Para penganut teori ini, berpendapat
bahwa kaidah generatif yang dikemukakan oleh kaum mentalis sangat abstrak,
formal, dan eksplisit serta sangat logis.
Meskipun demikian, mereka mengemukakan
secara spesifik dan terbatas pada bentuk-bentuk bahasa. Mereka belum membahas
hal-hal menyangkut dalam lapisan bahasa, yakni ingatan, persepsi, pikiran,
makna, dan emosi yang saling berpengaruh dalam struktur jiwa manusia. Para ahli
bahasa mulai melihat bahwa bahasa adalah manifestasi dari perkembangan umum
yang merupakan aspek kognitif dan aspek afektif yang menyatakan tentang dunia
diri manusia itu sendiri.
Teori kognitif menekankan hasil kerja
mental, hasil kerja yang nonbehavioris. Proses-proses mental dibayangkan
sebagai yang secara kualitatif berbeda dari tingkah laku yang dapat
diobservasi. Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas
kognitif anak dalam menemukan struktur di dalam bahasa yang ia dengar di
sekelilingnya. Baik pemahaman maupun produksi serta komprehensi, bahasa pada
anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus-menerus
berkembang dan berubah. Jadi, stimulus merupakan masukan bagi anak yang
kemudian berproses dalam otak. Pada otak ini terjadi mekanisme internal yang
diatur oleh pengatur kognitif yang kemudian keluar sebagai hasil pengolahan
kognitif tadi.
Teori kognitif telah membawa satu persoalan
dalam pemberian organisasi kognitif bahasa anak. Persoalan itu, yakni belum ada
model yang terperinci yang memeriksa organisasi kognitif bahasa anak itu.
Untunglah Slobin telah menformulasikan sejumla prinsip operasi yang telah
menarik perhatian para ahli, Clark dan Clark (Hamied,1987:22-23) telah menyusun
kembali dan memformulasikan prinsip operasi Slobin tersebut.
Prinsip koherensi semantik ada tiga aspek
yaitu mencari modifikasi sistematik dalam bentuk kata; mencari penanda gramatis
yang dengan jelas menunjukkan perbedaan yang mendasari dan menghindari
kekecualian.
Prinsip Struktur lahir meliputi: memperhatikan ujung
kata; memperhatikan urutan kata, awalan, dan akhiran; dan menghindari penyelaan
atau pengaturan kembali satu-satuan linguistik.
Tiga Prinsip koherensi semantik behubungan
dengan peletakan gagasan terhadap bahas, sedangkan tiga prinsip struktur lahir
berkenaan dengan masalah segmentasi yaitu bagaimana membagi alur ujaran yang
terus-menerus menjadi satuan-satuan linguistik yang terpisah dan bermakna.
Penganut teori kognitif beranggapan bahwa
ada prinsip yang mendasari organisasi linguistik yang digunakan oleh anak untuk
menafsirkan serta mengoperasikan lingkungan linguistiknya. Semua ini adalah
hasil pekerjaan mental yang meskipun tidak dapat diamati, jelas mempunyai dasar
fisik. Proses mental secara kualitatif berbeda dari tingkah laku yang dapat
diamati, dan karena berbeda dengan pandangan behavior (Pateda, 1990).
B.
Kemampuan
Bahasa Pada Anak Usia 2-3 Tahun
1.
Perkembangan Kemampuan Bahasa Anak Umur 2-3 Tahun
Tumbuh kembang
anak usia 2-3 tahun merupakan suatu hal yang menyenangkan apabila diperhatikan
dengan sungguh-sungguh. Kita akan menemukan seorang anak mampu berceloteh dan
mulai tumbuh besar seperti anak lainnya. Pada tahap ini, tentu saja segala hal
mulai dari kesehatan hingga psikis anak harus dijaga dengan baik agar mereka
tetap mendapatkan suatu pertumbuhan yang optimal di masa mendatang. Untuk lebih
memudahkan anda dalam mengontrol tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun, kami akan
memberikan beragam perkembangan mulai dari fisik hingga otak anak.
1)
Kemampuan fisik
Pada usia ini,
tubuh anak mulai tumbuh dengan lebih kuat. Ia juga semakin aktif dengan beragam
gerakan yang terkadang membuat kita khawatir mengenai keselamatannya. Seorang
anak bisa naik turun tangga, memanjat, naik sepeda roda tiga, melompat, serta
semakin lincah untuk berlari.
2)
Kemampuan motorik
Anak akan
mendapatkan sebuah kemampuan motorik yang cukup baik seperti memegang pensil,
memotong kertas, mampu menekan beragam tombol di mainannya, bisa mencopot
pakaian sendiri, dan masih banyak lagi. Bahkan, seorang anak telah mampu
berinteraksi secara baik dengan video game yang ada di rumahnya.
3)
Kemampuan berbicara
Anak anda bisa
mempunyai perkembangan bicara yang begitu pesat ketika menginjak usia ini.
Seorang anak mampu menyebutkan beberapa kata dengan baik dan bahkan mereka bisa
memperkenalkan nama lengkap dengan percaya diri kepada banyak orang. Tahap
berbicara merupakan salah satu tahap yang begitu bermakna dan ditunggu-tunggu
oleh para orang tua. Sehingga, setiap kata yang diucapkan oleh anak merupakan
hal berharga.
4)
Perkembangan imajinasi
Imajinasi anak
merupakan salah satu perkembangan yang seolah tanpa batas. Anak bisa melakukan
beragam hal yang membuat kita takjub dan selalu menyenangkan bisa melihat
perkembangan imajinasi mereka. anak bisa merencanakan sesuatu, membuat
konstruksi dengan mainan mereka, dan ikut campur dalam pembicaraan yang kita
lakukan.
Tentu saja,
tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun merupakan hal yang sangat menyenangkan
apabila diperhatikan. Anda juga harus peka apabila perkembangan mereka agak
lain dari anak kebanyakan serta segera konsultasikan ke dokter.
Perkembangan
kognitif anak dapat terjadi dengan cepat tanpa Bunda sadari. Sungguh sangat
menakjubkan betapa pertumbuhan dan perkembangan otak anak setelah berusia 1
tahun. Pada tahap ini, sel-sel otak anak mulai terhubung satu dengan yang
lainnya dengan tingkat perkembangan yang lebih cepat daripada tahap lain
kehidupan si kecil.
Tahukah Bunda bahwa pada usia tiga tahun, otak
si kecil sudah membentuk lebih dari 1.000 triliun koneksi sel otak! Anak Bunda
akan belajar dengan cepat dan terobsesi dengan pertanyaan, “”Mengapa?””. Kata
“”mengapa”” dari si kecil akan terus membombardir Bunda tiada henti.
Jangan abaikan
hal ini dan bersabarlah. Pertanyaan “”mengapa”” menunjukkan bahwa si kecil
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dan hal ini adalah tanda bahwa anak Bunda
sedang melalui proses pembelajaran kognitif. Bunda akan terkesima melihat
bagaimana si kecil dapat menyerap dan belajar hal-hal baru dengan sangat cepat.
Apa itu
perkembangan kognitif? Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan berpikir
dan kemampuan belajar anak, yang meliputi perkembangan bahasa, rentang waktu
konsentrasi, kemampuan untuk merencanakan sesuatu, pemecahan masalah dan
kompetensi memori.
|
Usia 2 – 3 Tahun
|
|
|
Tahap Perkembangan Fisik
|
Hampir semua gigi sudah tumbuh termasuk
beberapa gigi graham.
|
|
Lebih lincah berlari dan lebih baik meski
terjatuh beberapa kali.
|
|
|
Mampu berjalan ke belakang.
|
|
|
Mampu menaiki tangga tanpa bantuan, satu demi
satu pijakan.
|
|
|
Mampu minum dari gelas, menggunakan sedotan
dan menyuapi diri sendiri dengan sendok.
|
|
|
Mampu mencuci tangan sendiri.
|
|
|
Mampu menyusun empat atau enam balok-balok.
|
|
|
Mampu memegang gelas, membuka kancing dan
membuka resleting baju.
|
|
|
Tahap Perkembangan Kognitif
|
Bekerjasama pada saat bermain bersama.
|
|
Mampu bermain sendiri lebih lama.
|
|
|
Mampu mengidentifikasi dan memberitahu bagian
tubuh mana yang sakit.
|
|
|
Tahap Perkembangan Bahasa / Komunikasi
|
<="" span="">
|
|
Mengerti bahwa bahasa merupakan hal penting
untuk mengkomunikasikan apa yang mereka perlukan.
|
|
|
Mampu menyebutkan kebanyakan nama mainan
mereka.
|
|
|
Sering bertanya untuk belajar hal-hal di
sekitar mereka.
|
|
|
Tahap Perkembangan Sosial & Emosional
|
Mampu membantu dengan instruksi yang mudah,
seperti misalnya menata atau membersihkan meja makan.
|
|
Mengerti ketika orang senang atau sedih dengan
mereka.
|
|
|
Mengalami kesulitan memilih antara 2 pilihan
dan biasanya menginginkan keduanya.
|
5)
Peran Orangtua
Pada umur 2 tahun otak anak berkembang dengan
pesat. Otak sangat aktif membentuk hubungan antar-sel-saraf (sinapsis) hingga 2
juta per detik. Otak anak usia 2 tahun dua kali lebih aktif daripada otak orang
dewasa. Anak butuh nutrisi yang cukup, lingkungan yang aman dan stimulasi yang
tepat supaya tercapai target perkembangan yang baik. Lingkungan dengan relasi
yang dilandasi cinta dan kasih sayang akan memberikan anak rasa aman, nyaman,
kepercayaan diri serta keberanian. Lingkungan ini akan mengajarkan pada anak
tentang cara menjalin persahabatan, mengkomunikasikan perasaan emosi dan
mengatasi tantangan yang muncul. Hubungan baik yang kuat juga akan mengajarkan
anak tentang kepercayaan, empati, rasa welas asih serta tentang baik-buruk.
Anak umur 2 tahun sudah memiliki keinginan yang
kuat untuk terlibat dalam dunia sosial yang lebih luas. Anak umur 2 tahun mulai
gemar terlibat bermain interaktif bersama anak/orang lain. Mereka juga memiliki
kegemaran bermain peran “pura-pura seolah-olah” mengeksplorasi daya khayalnya
yang sangat penting bagi perkembangan. Aksi permainan “seolah-olah menjadi” ini
akan membantu anak mengembangkan ketrampilan bahasa, berpikir dan sosial. Anak
akan mampu mengembangkan ide dan kisahnya sendiri.
Cara Tepat
Berkomunikasi dengan Anak Usia 2 hingga 3 Tahun
Sebagai orang
tua, anda tentunya harus selalu memperhatikan tahap kembang si kecil. Salah
satu cara untuk yang dapat anda lakukan untuk dapat memantau perkembangan anak
adna adalah dengan menciptakan komunkasi yang baik secara dua arah. Tidak
terkecuali dengan anak anda yang sedang berusia 2 hingga 3 tahun. Pada usia ini
sebaiknya anda meperhatikan betul komunikasi anda dengan si bauh hati. Berikut
beberapa hal yang dapat anda lakukan agar perkembangan anak dapat semakin baik
dan juga komunikasi dengan anak dapat berjalan lancar.
Pola Komunikasi yang Harus Anda Bangun
Pola Komunikasi yang Harus Anda Bangun
Usia 2 hingga tiga tahun adalah usia
dimana perkembangan bahasa dan juga komunikasi anak anda akan berlangsung
secara pesar. Pada masa ini biasanya anak sudah dapat mengikuti instruksi
sederhana yang anda ajarkan. Pada tahapan ini anak juga sudah dapat untuk
mengucapkan lebih dari 50 kata dan bahkan lebih. Anak sudah dapat memulai untuk
mengucapkan kalimat sederhana dan juga gabungan kata yang bersifat sederhana.
Saat akan mengajari anak anda, ingatlah bahwa anak di usia ini hanya dapat
mengikuti 2 instruksi saja. Misalnya anda menyuruh anak untuk mengambil
makanannya dan segera memakannya. Pada usia ini biasanya anak baru dapat
mengenali kalimat gabungan yang sifatnya masih mudah. Usahakan tidak
menggunakan kalimat majemuk bertingkat lebih dari dua tingkat agar anak tidak
bingung. Pada usia sekitar tiga tahun anak anda biasanya sudah dapat mengingat
lebih dari 200 kata hingga lebih. Bahwa banyak juga anak yang sudah mampu
menggabungkan tiga hingga empat susunan kata secara bersamaan. Saat anak anda
berusia tiga tahun, paling tidak anda sudah dapat mengerti dan memahami apa
yang buah hati anda katakan. Bauh hati anda sudah mulai dapat berbicara dengan
jelas dan lancer. Hampir 75% perkataan anak sudah akan anda mengerti. Sehingga
pada usia ini jangan lupa untuk selalu mengenalkan kata-kata baru kepada anak
untuk merangsang otaknya agar berkembang dengan baik.
Cara untuk Meningkatkan Komunikasi Anak
Pada usia 2
hingga 3 tahun anda dapat melakukan beberapa hal berikut untuk dapat lebih
meningkatkan komunikasi dengan anak. Caranya adalah dengan mengajak anak anda
untuk berbicara mengenai rencananya di hari esok. Anda dapat berbicara dengan
anak anda saat senggang ataupun sebelum waktu tidur. Jangan lupa untuk
membacakan selalu buku cerita yang dia sukai. Saat si kecil sudah mulai
mengerti, cobalah ajak dia untuk bergantian embacakan cerita tersebut untuk
anda. Walaupun baru sedikit-sedikit lama-kelamaan anak anda akan mulai paham
dan pengetahuannya semakin menigkat. Pujilah anak anda ketika dia telah
berhasil bercerita kepada anda. Pujian dapat menstimulasi anak untuk semakin
berani mencoba berkomunikasi dengan anda.
Tahap Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun
- Keterampilan
Motorik
Menaiki tangga, memegang pegangan tangga, menggunakan kaki secara bergantian
Berlari di antara rintangan-rintangan
Berdiri dengan satu kaki untuk beberapa detik tanpa hilang keseimbangan
Melompat dengan satu kaki
Mendorong, menarik dan menyetir permainan beroda
Dapat menggunakan sepeda roda tiga
Menggunakan papan luncur tanpa bantuan
Melompat rintangan setinggi sekitar 15 cm, menapak dengan dua kaki
Melempar bola dengan tangan di atas kepala
Menangkap bola yang melambung
Mengancingkan kancing tekan
Dapat membangun menara dari 9 sampai 12 balok
Dapat memasukkan paku-pakuan ke dalam lubang
Dapat meniru gambar lingkaran
Dapat meniru tanda silang
Dapat menggulung dan membentuk tanah liat (play doh/ lilin mainan)
Meronce dengan manik-manik dengan lubang berdiameter 1 cm
Dapat menggunting kertas menjadi terbelah dua
Dapat menyelesaikan 10 keping pazel berkenop - Keterampilan
Berbahasa
Mulai mengerti kata yang menerangkan waktu seperti : “Besok kita akan ke rumah nenek”
Mengerti konsep besar dan kecil, panjang dan pendek
Mengerti arti hubungan jika menggunakan kata “kalau…”, ”kemudian…” dan “karena”
Dapat melakukan 2 sampai 4 kegiatan dengan instruksi yang berhubungan
Mengerti arti kata “pura-puranya”
Kosa kata berjumlah lebih dari 1000 kata
Mengerti beberapa kata abstrak
Memberi jawaban yang relevan jika ditanya
Bercerita mengenai pengalamannya di masa lalu
Menggunakan kata yang bersifat majemuk
Menggunakan bentuk kalimat yang menceritakan masa lalu
Menggunakan kata aku atau saya untuk menunjuk dirinya
Menyebutkan finger play, pantun, menyanyi sebuah lagu
Menyebutkan tiga buah angka yang berurutan
Bahasa yang dipergunakan dapat dimengerti orang lain, meskipun masih sering membuat kesalahan
Umumnya kalimat terdiri dari 4 sampai 5 kata
Menggunakan kata depan di dalam, bawah dan di atas dalam kalimat dengan tepat - Keterampilan
Kognitif
Mengenali dan dapat mencocokkan 6 warna
Menyelesaikan 3 sampai 5 keping pazel
Menyusun balok atau lingkaran menurut ukuran dari besar ke kecil
Membangun jembatan dari 3 balok
Menggambar dengan bentuk yang lebih dapat dikenali
Menyebutkan dan menjelaskan secara singkat mengenai gambar yang dilihat
Dapat menghitung benda sampai 3 buah
Mengetahui gendernya (lelaki atau perempuan)
Mengetahui nama depan dan nama belakangnya
Memiliki kemampuan konsentrasi yang pendek, masih mudah teralihkan
Belajar melalui observasi dan meniru orang dewasa
Memiliki pengertian yang lebih luas mengenai guna dan pengelompokan benda
Dapat menyambung dua bagian dari sebuah gambar menjadi satu
Mengerti konsep sama dan berbeda
Dapat mencocokkan bentuk geometris yang sama
Mulai menyadari konsep masa lalu dan sekarang - Keterampilan
Mengurus Diri Sendiri
Makan sendiri tanpa banyak bantuan
Menyisir rambut sendiri
Menuangkan air/pasir dari teko (botol) ke dalam gekas/cangkir/wadah lainnya
Mengoles mentega dengan pisau roti
Mengancingkan dan membuka kancing ukuran besar
Mencuci tangan tanpa bantuan
Menggunakan tissue dengan petunjuk
Menggunakan toilet sendiri (namun masih memerlukan bantuan untuk membersihkan dan memakai baju kembali)
Memakai kaos kaki dan sepatu tanpa tali
Menyikat gigi dengan cukup teliti
Bermain dengan anak lain, melakukan interaksi
Menunggu giliran dan berbagi dengan dorongan dari orang lain
Berusaha untuk membantu mengerjakan pekerjaan di rumah seperti menyapu
Memulai permainan sandiwara (drama) & melakukan tingkah laku menurut peranannya seperti mengurus bayi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
METODE
PENELITIAN
1.
Observasi
Peneliti
menggunakan metode observasi dalam penelitian anak usia 2-3 tahun. Peneliti
terjun langsung dalam penelitian untuk
mendapatkan data mengenai kemampuan bahasa pada anak usia 2-3 tahun dengan
kondisi ibu bekerja.
2.
Wawancara
Peneliti
mewawancarai orang tua dari anak tersebut. Peneliti tidak mewawancarai anak
secara langsung, karena melihat usia anak yang belum bisa diajak berkomunikasi
secara lancar. Jadi peneliti mendapatkan informasi dari orang tuanya melalui
wawancara.
B.
OBJEK PENELTIAN
Anak usia 2 tahun 11 bulan bernama Alif Ardiansyah berjenis kelamin
laki-laki dengan ibu bekerja.
C.
TEKNIK ANALISIS
DATA
Untuk memperoleh data, peneliti merekam situasi
objek menggunakan metode observasi (metode simak), metode cakap (wawancara),
dan catat. Metode simak yang dilakukan dengan cara merekam kemudian
mentranskripsikan hasil simakan yang diperoleh. Sedangkan metode cakap
dilakukan dengan peneliti terlibat percakapan dengan Alif Ardiansyah selaku objek penelitian secara langsung
(Sudaryanto, 1993).
D.
LOKASI DAN
WAKTU PENELITIAN
Nama anak : Alif Ardiansyah
Tempat penelitian : Dukuh
Rantam RT 05/RW 05 Rengas Pendawa, Larangan-Brebes
Waktu Penelitian : 26
Desember 2015, pukul 11.00 – selesai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
PENELITIAN TERHADAP ALIF (2 tahun 11 bulan)
Banyak kosakata telah dikuasai Alif. Berikut ini adalah beberapa
kelompok kosakata yang telah ia sebutkan selama kami melakukan observasi.
1.
Kosakata
Kekerabatan Yang Dikuasai
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Mama
|
|
2
|
Papa
|
|
3
|
Embak (kakak)
|
|
4
|
Mbah kung (kakek)
|
|
5
|
Mbah ti (nenek)
|
2.
Kosakata
nama-nama bagian tubuh
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Tangan
|
|
2
|
Kaki
|
|
3
|
Kepala
|
|
4
|
Mata
|
|
5
|
Telinga
|
|
6
|
Hidung
|
3.
Kata ganti
pokok (diri,penunjuk)
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Kamu
|
|
2
|
Itu
|
|
3
|
Ini
|
|
4
|
Dia
|
4.
Kata tugas
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Bukakan
|
|
2
|
Tutupkan
|
|
3
|
Hidupkan
|
|
5
|
Nyalakan
|
|
6
|
Matikan
|
5.
Kata bilangan
pokok
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Satu
|
|
2
|
Dua
|
|
3
|
Tiga
|
|
4
|
Empat
|
|
5
|
Lima
|
|
6
|
Enam
|
|
7
|
Tujuh
|
|
8
|
Delapan
|
|
9
|
Sembilan
|
|
1o
|
Sepuluh
|
6.
Kata
berhubungan transportasi
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Mobil
|
|
2
|
Sepeda
|
|
3
|
Motor
|
7.
Kata yang
berhubungan nama hari
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Senin
|
|
2
|
Selasa
|
|
3
|
Rabu
|
|
4
|
Kamis
|
|
5
|
Jumat
|
|
6
|
Sabtu
|
|
7
|
Minggu
|
8.
Kata yang
berhubungan pertanian
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Sawah
|
|
2
|
Tani(petani)
|
|
3
|
Beras
|
|
4
|
Cangkul
|
|
5
|
Padi
|
|
6
|
Jagung
|
9.
Kata yang
berhubungan dengan olah raga
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Bola
|
|
2
|
Lapangan
|
|
3
|
Badminton
|
|
4
|
Kasti
|
|
5
|
Net
|
10.
Kata yang berhubungan
dengan pariwisata
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Pantai
|
|
2
|
Renang
|
|
3
|
Piknik
|
11.
Kata yang
berhubungan dengan buah-buahan
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Jeruk
|
|
2
|
Apel
|
|
3
|
Mangga
|
|
4
|
Pisang
|
|
5
|
Strawbery
|
|
6
|
Anggur
|
|
7
|
Salak
|
12.
Kata yang
berhubungan dengan perkakas di rumah
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Meja
|
|
2
|
Kursi
|
|
3
|
Tv (televisi)
|
|
4
|
Pot
|
|
5
|
Lemari
|
13.
Kata yang
berhubungan dengan bidang sekolah
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Buku
|
|
2
|
Guru
|
|
3
|
Papan tulis
|
|
4
|
Kapur
|
|
5
|
Pensil
|
14.
Kata yang
berhubungan dengan perlengkapan diri
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Baju
|
|
2
|
Celana
|
|
3
|
Sepatu
|
|
4
|
Sandal
|
|
5
|
Topi
|
15.
Kata yang
berhubungan dengan alam
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Gunung
|
|
2
|
Pohon
|
|
3
|
Sawah
|
|
4
|
Sungai
|
16.
Kata kerja
pokok
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Mandi
|
|
2
|
Main (bermain)
|
|
3
|
Nyanyi (bernyanyi)
|
|
4
|
Beli (membeli)
|
|
5
|
Nyari (mencari)
|
17.
Kata keadaan
pokok
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Dingin
|
|
2
|
Panas
|
|
3
|
Sepi
|
|
4
|
Ramai
|
|
5
|
Sibuk
|
18.
Kata benda
universal
|
No
|
Kosakata
|
|
1
|
Buku
|
|
2
|
Pensil
|
|
3
|
Penggaris
|
|
4
|
Topi
|
|
5
|
Telepon
|
B. HASIL PEMBAHASAN
Pada obyek penelitian ini yaitu Alif
Ardiansyah anak usia 2 tahun 11 bulan sudah menguasai beberapa kosakata yang
lumayan banyak. Ia sudah bisa menyebutkan nama-nama kata kekerabatan, anggota
tubuh, kata-kata yang berhubungan dengan transportasi, buah-buahan, dan masih
banyak yang lain. Anak ini sudah bisa menyimak ketika ada orang yang
mengajaknya berbicara. Ia mampu menunjukkan bagian tubuh mereka ketika ditanya
keberadaannya. Ia mampu mengidentifikasi dan memberitahu bagian tubuh mana yang
sakit. Ia juga sudah bisa menyebutkan nama mainan-mainannya. Ia juga sudah bisa
membantu dengan intsruksi yang muda, seperti menata atau membersihkan meja.
Anak tersebut juga Ia juga mulai takut ketika bertemu orang yang tidak dikenal.
Dilihat dari cara anak berbicara,
anak mengerti apa yang dimaksud oleh orang yg mengajak bicara. Namun sikap anak
yg susah diajakin komunikasi membuat penelitih mengalami kesulitan. Jika sedang
nonton televisi anak tidak akan fokus apa yang dikatakan oleh orang yang
menayakan. Saat peneliti menanyakan tentang angka, dia hanya bisa menirukan apa
yang dikatakan orangtuanya. Dia menirukan angka 1-20 yang dikatakan mamanya.
Tapi secara jelas anak belum bisa membedakan mana angka1-20. Namun, jika
saat-saat biasa anak mempunyai imajinnasi tinggi, anak menanyakan hal-hal yang tidak masuk akal bagi
orang dewasa, selain itu anak juga udah bisa menyebutkan nama benda yang
dipegangnya.
Anak bisa bisa memanggil papa, mama,
kakak dan nama-nama orang disekelilingnya. Menyebutkan kata-kata beda, kerja pun
bisa. Tapi dilakukan saat tak terduga, sehingga sebagai penelitih merasa sulit
jika aktivitas yang dilakukan harus direkam. Sebagai peneliti, menurut kami,
untuk perkembangan bahasa pada anak usia 3 tahun menurut kami belum begitu
aktif. Peneliti juga menelitih anak kecil perempuan usia 2,5 tahun, anak
perempuan lebih aktif dan respon saat dilakukan penelitihan dibandingkan dengan
anak laki-laki.
1.
Perkembangan
Kemampuan Bahasa Anak Umur 2-3 Tahun
Alif Ardiansyah merupakan anak yang mempunyai umur 2 tahun 11
bulan, jika dilihat dari keseharian,
Alif bisa dikatakan aktif dalam melakukan sesuatu. Saat berkomunikasi dengan
teman sebaya meraka maksud apa yang dibicarakan atau bisa dikatakan nyambung.
Namun, bagi orang dewasa atau bukan seumuran seperti saat berkomunikasi dengan
kami, apa yang dibicarakan si anak tidak tahu karena artikulasi yang tidak
jelas.Untuk penjabaran perkembangan kemampuan Alif Ardiansyah sebagai berikut:
1)
Kemampuan fisik
Untuk
kemampuan fisik Alif Ardiansyah bisa dikatakan aktif, dia bisa melakukan
kegiatan yang kadang orang tua atau orang yang melihatnya ingin marah karena
khawatir dengan apa yang dilakukan. Selain itu, sikap anak kecil yang nakal dan
tidak mau mengalah dengan teman sebayanya membuat orang tua khawatir.
2)
Kemampuan motorik
Alif
Ardiansyah sudah bisa memegang pencil, saat dikasih pencil Alif mencoret-coret buku tanpa pola. Selain itu
Alif sudah bisa makan sendiri, menum dengan air gelas tanpa bantuan orang lain
dan memberikan jajan untuk teman sebaya atau keoranglain.
Alif
mempunyai kemampuan motorik yang sesuai, karena dia sudah mempu melakukan
seperti orang dewasa. Alif juga bisa menyalakan televisi, karena dia mempunyai
hobi nonton televisi. Bermain dengan menaiki mobil mainan yang besar dan
mengajak teman sebaya untuk bermain dorong-dorongan.
3)
Kemampuan
berbicara
Dalam
kemampuan bicara untuk umur 2 tahun 11 bulan sudah dikatakan bisa, Alif bisa
menyebutkan namanya sendiri meskipun dengan vocal yang tak jelas. Selain itu,
alif mampun menyebutkan nama mama, bapak, kakek, nenek, bahkan saudra-saudara
dan teman sebayanya.
Alif
mampu berbicara tanpa bantuan orangtuanya dengan menyebutkan hal-hal yang
diingikan. Ketika Alif lapar, haus, ingin buang air kecil atau ada yang nakal
dengannya, Alif akan mencerikan kepada mama dan ayahnya.
4)
Kemampuan
imajinasi
Anak
selalu mempunyai imajinasi yang tinggi, bahkan imajinasi anak mengkin menurut
kita hal-hal yang tidak penting. Tapi bagi anak yang ingin tahu merupakan suatu
hal yang penting dan wajib dijawab.
Seperti
yang dilakukan Alif, dia memberikan pertanyaan kepada mamanya tentang jeruk.
Saat itu alif sedang makan buah jeruk, Alif melontarkan pertanyaan kepada
mamanya mengenai siapa ayahnya jeruk? Mama Alif tidak bisa menjawab, karena
pertanyaan yang dilontarkan tidak masuk akal. Sebagai seorang tua yang
mempunyai kewajiban menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang diberikan Alif,
makan Si mama menjawab pohon jeruk. Alif bertanya lagi, dimana ayah jeruk mama?
Si mama menjawab ayah jeruk jauh.
Dari
percakapan antara Alif dengan Si ibu sudah bisa dilihat bahwa Alif mempunyai
imajinasi, meskipun pertanyaan yang disampaikan Alif tidak masuk akal namun
berharga bagi orangtua.
BAB V
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Tumbuh
kembang anak usia 2-3 tahun merupakan suatu hal yang menyenangkan apabila
diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kita akan menemukan seorang anak mampu
berceloteh dan mulai tumbuh besar seperti anak lainnya. Pada tahap ini, tentu
saja segala hal mulai dari kesehatan hingga psikis anak harus dijaga dengan
baik agar mereka, Pada obyek
penelitian ini yaitu Alif Ardiansyah anak usia 2 tahun 11 bulan sudah menguasai
beberapa kosakata yang lumayan banyak. Ia sudah bisa menyebutkan nama-nama kata
kekerabatan, anggota tubuh, kata-kata yang berhubungan dengan transportasi,
buah-buahan, dan masih banyak yang lain. Anak ini sudah bisa menyimak ketika
ada orang yang mengajaknya berbicara. Ia mampu menunjukkan bagian tubuh mereka
ketika ditanya keberadaannya. Ia mampu mengidentifikasi dan memberitahu bagian
tubuh mana yang sakit. Anak bisa bisa memanggil papa, mama, kakak dan nama-nama
orang disekelilingnya. Menyebutkan kata-kata beda, kerja pun bisa. Tapi
dilakukan saat tak terduga, sehingga sebagai penelitih merasa sulit jika
aktivitas yang dilakukan harus direkam. Sebagai peneliti, menurut kami, untuk
perkembangan bahasa pada anak usia 3 tahun menurut kami belum begitu aktif.
B.
SARAN
Hasil penelitian ini memberikan
pemerolehan bahasa pada anak umur 2-3 tahun, kemampuan bahasa pada anak, dan tentang perkembangan pada bahasa anak.
Sebaiknya sebagai pembaca atau orang tua
memahami betul perkembangan anak pada umur tersebut, agar dapat mengetahui
perkembangan anaknya dengan baik. Anak usia tersebut masih sangat peka dan
rawan dalam pemerolehan bahasa. Mereka cenderung menirukan bahasa yang ada pada
orang-orang disekitarnya. Untuk itu, sebagai orang tua harus berjaga-jaga agar
anak tidak mendapatkan perlakuan bahasa yang salah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk menyempurnakan penelitian ini.
Dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Depdikbud
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Depdikbud
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Hurlock, Elizabeth b. 2007. Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga.
Subyantoro. 2012. Psikolinguistik kajian teoretis dan implementasinya. Semarang :
UNNES PRESS
Tarigan, Henry Guntur. 1985.Psikolinguistik. Bandung : Angkasa.
Nahulinguistik. 2009. Pemerolehan
bahasa Pertama. [Online] . http://nahulinguistik.
wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama/. Diunduh tanggal 29 Juni 2014 pukul 14:00.