Selasa, 12 Januari 2016

CONTOH MAKALAH ILMIAH

JUDUL PENELITIAN : PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA 2-3 TAHUN (IBU BEKERJA)
OLEH: ARINDYTA PUSPITA DEVI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Proses perkembangan manusia dimulai dengan perkembangan prakelahiran, perkembangan fase bayi, perkembangan fase awal kanak-kanak, perkembangan fase akhir kanak-kanak, perkembangan fase remaja, perkembangan tahap dewasa, dan perkembangan lansia. Pembahasan di sini difokuskan pada perkembangan anak usia 2-3 tahun. Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan, karena anak pada umumnya masih menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap transisi dalam berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh mitra tuturnya. Untuk menjadi mitra tutur pada anak dan untuk dapat memahami maksud dari pembicaraan anak, mitra tutur harus menguasai kondisi atau lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan media di sekitar mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan kepada mitratutrnya di dalam berbicara. Selain menggunakan struktur bahasa yang masih kacau, anak-anak juga cenderung masih menguasai keterbatasan dalam kosakata dan dalam pelafalan fonemnya secara tepat. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Pemerolehan bahasa yang diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai sukses penguasaan yang lancar serta fasih terhadap bahasa ibu mereka atau yang sering dikenal dengan bahasa yang terbentuk dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini pemerolehan bahasa pada anak akan membawa anak pada kelancaran dan kefasihan anak dalam berbicara. Rentang umur anak di usia balita umumnya mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu dan ingatan cenderung lebih cepat dibandingkan usia-usia diatas balita. Sehingga dalam usia-usia tersebut sebaiknya mendapatkan pemerolehan bahasa yang baik, anak harus selalu dirangsang dengan sesuatu yang bersifat pedagogig atau pendidikan. Pendidikan bahasa pada anak-anak tersebut harus selalu di tingkatkan untuk memperoleh hasil berbicara yang baik.

B.    RUMUSAN MASALAH
Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1.     Bagaimana pemerolehan bahasa pada anak ?
2.     Bagaimana kemampuan bahasa pada anak usia 2-3 tahun?
3.     Bagaimana hasil penelitian tentang perkembangan pada bahasa anak usia 2-3 tahun?

C.    TUJUAN PENELITIAN
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.     Untuk mengetahui pemerolehan bahasa pada anak.
2.     Untuk mengetahui kemampuan bahasa pada anak usia 2-3 tahun.
3.     Untuk mengetahui hasil penelitian tentang perkembangan bahasa pada anak usia 2-3 tahun.

D.    MANFAAT PENELITIAN
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.     Penelitian ini bermanfaat untuk bisa menjadikan acuan kita dalam mengetahui tumbuh kembang bahasa pada anak usia 2-3 tahun.
2.     Penelitian ini memberikan wawasan kepada kita untuk mengetahui perkembangan bahasa anak secara umum dilihat dari penguasaan kosakatanya.
3.     Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya untuk mengetahui perkembangan bahasa anak umur 2-3 tahun.



BAB II
LANDASAN TEORI

A.    TEORI PEMEROLEHAN BAHASA
1.     Teori Pemerolehan Bahasa Behavioristik
Menurut pandangan kaum behavioristik atau kaum empirik atau kaum antimentalistik, bahwa anak sejak lahir tidak membawa strutur linguistik. Artinya, anak lahir tidak ada struktur linguistik yang dibawanya. Anak yang lahir dianggap kosong dari bahasa. Mereka berpendapat bahwa anak yang lahir tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa.
Brown dalam Pateda (1990:43) menyatakan bahwa anak lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan, lingkungannyalah yang akan membentuknya yang perlahan-lahan dikondisikan oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya. Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Pengalaman dan proses belajar yang akan membentuk akuisisi bahasanya. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang yang akan belajar mengendarai sepeda.
Menurut Skinner (Suhartono, 2005:73) tingkah laku bahasa dapat dilakukan dengan cara penguatan. Penguatan itu terjadi melalui dua proses yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian, yang paling penting di sini adalah adanya kegiatan mengulangulang stimulus dalam bentuk respon. Oleh karena itu, teori stimulus dan respon ini juga dinamakan teori behaviorisme.
Dikaitkan dengan akuisisi bahasa, teori behavioris mendasarkan pada proses akuisisi melalui perubahan tingkah laku yang teramati. Gagasan behavioristik terutama didasarkan pada teori belajar yang pusat perhatian tertuju pada peranan lingkungan, baik verbal maupun nonverbal. Teori belajar behavioris ini menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku dilakukan dengan menggunakan model stimulus (S) dan respon (R) Dengan demikian, akuisisi bahasa dapat diterangkan berdasarkan konsep SR. Setiap ujaran dan bagian ujaran yang dihasilkan anak adalah reaksi atau respon terhadap stimulus yang ada. Apabila berkata, “Bu, saya minta makan”, sebenarnya sebelum ada ujaran ini anak telah ada stimulus berupa perut terasa kosong dan lapar. Keinginan makan, antara lain dapat dipenuhi dengan makan nasi atau bubur. Bagi seorang anak yang beraksi terhadap stimulus yang akan datang, ia mencoba menghasilkan sebagian ujaran berupa bunyi yang kemudian memperoleh pengakuan dari orang yang di lingkungan anak itu.
Kaum behavioris memusatkan perhatian pada pola tingkah laku berbahasa yang berdaya guna untuk menghasilkan respon yang benar terhadap setiap stimulus. Apabila respon terhadap stimulus telah disetujui kebenarannya, hal itu menjadi kebiasaan. Misalnya seorang anak mengucapkan , "ma ma ma",dan tidak ada anggota keluarga yang menolak kehadiran kata itu, maka tuturan "ma ma ma", akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu akan diulangi lagi ketika anak tadi melihat sesosok tubuh manusia yang akan disebut ibu yang akan dipanggil "ma ma ma". Hal yang sama akan berlaku untuk setiap kata-kata lain yang didengar anak.
Teori akuisisi bahasa berdasarkan konsep behavioris menjelaskan bahwa anak-anak mengakuisisi bahasa melalui hubungan dengan lingkungan, dalam hal ini dengan cara meniru. Dalam hubungan dengan peniruan ini Pateda (1990:45) menyatakan bahwa faktor yang penting dalam peniruan adalah frekuensi berulangnya satu kata dan urutan kata. ujaran-ujaran itu akan mendapat pengukuhan, sehingga anak akan lebih berani menghasilkan kata dan urutan kata. Seandainya kata dan urutan kata itu salah, maka lingkungan tidak akan memberikan pengukuhan. dengan cara ini, lingkungan akan mendorong anak menghasilkan tuturan yang gramatikal dan tidak memberi pengukuhan terhadap tuturan yang tidak gramatikal.

2.     Teori Pemerolehan Bahasa Mentalistik
Menurut pandangan kaum mentalis atau rasionalis atau nativis, proses akuisisi bahasa bukan karena hasil proses belajar, tetapi karena sejak lahir ia telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang sesuai dengan proses kematangan intelektualnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Chomsky (1959) bahwa anak yang lahir ke dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi. Potensi bahasa ini akan turut menentukan struktur bahasa yang akan digunakan. Pandangan ini yang akan kelask disebut hipotesis rasionalis atau hipotesis ide-ide bawaan yang akan dipertentangkan dengan hipotesis empiris yang berpendapat bahwa bahasa diperoleh melalui proses belajar atau pengalaman.
Seperti telah dikatakan di atas bahwa anak memiliki kapasitas atau potensi bahasa maka potensi bahasa ini akan berkembang apabila saatnya tiba. Pandangan ini biasanya disebut pandangan nativis (Brown, 1980:20). Kaum mentalis beranggapan bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki apa yang disebut LAD (Language Acquisition Device). Kelengkapan bahas ini berisi sejumlah hipotesis bawaan. Hipotesis bawaan menurut para ahli berpendapat bahasa adalah satu pola tingkah laku spesifik dan bentuk tertentu dari persepsi kecakapan mengategorikan dan mekanisme hubungan bahasa, secara biologis telah ditemukan (Comsky, 1959).
Mc Neill (Brown, 1980:22) menyatakan bahwa LAD itu terdiri atas:
1)     kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain.
2)     kecakapan mengorganisasi satuan linguistik ke dalam sejumlah kelas  yang akan berkembang kemudian.
3)     pengetahuan tenteng sistem bahasa yang mungkin dan yang tidak mungkin, dan kecapan menggunakan sistem bahasa yang didasarkan pada penilaian perkembangan sistem linguistik, Dengan demikian, dapat melahirkan sistem yang dirasakan mungkin diluar data linguistik yang ditemukan.
4)     Pandangan kaum mentalis yang perlu diperhatikan adalah penemuan mereka tentang sistem bekerjanya bahasa anak. Chomsky dan kawan-kawan berpendapat bahwa perkembangan bahasa anak bukanlah perubahan rangkaian proses yang berlangsung sedikit semi sedikit pada struktur bahasa yang tidak benar, dan juga standia lanjut. Akan tetapi standia yang bersistem yang berbentuk kelengkapan-kelengkapan bawaan ditambah dengan pengalaman anak ketika ia melaksanakan sosialisasi diri. Kelengkapan bawaan ini kemudian diperluas, dikembangkan, dan bahkan diubah.
Dalam hubungan anak membawa sejumlah kapasitas dan potensi, kaum mentalis memberikan alasan-alasan sebagai berikut:. Semua manusia belajar bahasa tertentu; semua bahasa manusia sama-sama dapat dipelajari oleh manusia; semua bahasa manusia bebeda dalam aspek lahirnya, tetapi semua bahasa mempunyai ciri pembeda yang umum, ciri-ciri pembeda ini yang terdapat pada semua bahasa merupakan kunci terhadap pengertian potensi bawaan bahasa tersebut. Argumen ini mengarahkan kita kepada pengambilan kesimpulan bahwa potensi bawaan bukan saja potensi untuk dapat mempelajari bahasa, tetapi hal itu merupakan potensi genetik yang akan menentukan struktur bahasa yang akan dipelajarinya.

3.     Teori Akuisisi Bahasa Kognitif
Dalam psikolingustik, teori kognitif ini yang memandang bahasa lebih mendalam lagi. Para penganut teori ini, berpendapat bahwa kaidah generatif yang dikemukakan oleh kaum mentalis sangat abstrak, formal, dan eksplisit serta sangat logis.
Meskipun demikian, mereka mengemukakan secara spesifik dan terbatas pada bentuk-bentuk bahasa. Mereka belum membahas hal-hal menyangkut dalam lapisan bahasa, yakni ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh dalam struktur jiwa manusia. Para ahli bahasa mulai melihat bahwa bahasa adalah manifestasi dari perkembangan umum yang merupakan aspek kognitif dan aspek afektif yang menyatakan tentang dunia diri manusia itu sendiri.
Teori kognitif menekankan hasil kerja mental, hasil kerja yang nonbehavioris. Proses-proses mental dibayangkan sebagai yang secara kualitatif berbeda dari tingkah laku yang dapat diobservasi. Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur di dalam bahasa yang ia dengar di sekelilingnya. Baik pemahaman maupun produksi serta komprehensi, bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus-menerus berkembang dan berubah. Jadi, stimulus merupakan masukan bagi anak yang kemudian berproses dalam otak. Pada otak ini terjadi mekanisme internal yang diatur oleh pengatur kognitif yang kemudian keluar sebagai hasil pengolahan kognitif tadi.
Teori kognitif telah membawa satu persoalan dalam pemberian organisasi kognitif bahasa anak. Persoalan itu, yakni belum ada model yang terperinci yang memeriksa organisasi kognitif bahasa anak itu. Untunglah Slobin telah menformulasikan sejumla prinsip operasi yang telah menarik perhatian para ahli, Clark dan Clark (Hamied,1987:22-23) telah menyusun kembali dan memformulasikan prinsip operasi Slobin tersebut.
Prinsip koherensi semantik ada tiga aspek yaitu mencari modifikasi sistematik dalam bentuk kata; mencari penanda gramatis yang dengan jelas menunjukkan perbedaan yang mendasari dan menghindari kekecualian.
Prinsip Struktur lahir meliputi: memperhatikan ujung kata; memperhatikan urutan kata, awalan, dan akhiran; dan menghindari penyelaan atau pengaturan kembali satu-satuan linguistik.
Tiga Prinsip koherensi semantik behubungan dengan peletakan gagasan terhadap bahas, sedangkan tiga prinsip struktur lahir berkenaan dengan masalah segmentasi yaitu bagaimana membagi alur ujaran yang terus-menerus menjadi satuan-satuan linguistik yang terpisah dan bermakna.
Penganut teori kognitif beranggapan bahwa ada prinsip yang mendasari organisasi linguistik yang digunakan oleh anak untuk menafsirkan serta mengoperasikan lingkungan linguistiknya. Semua ini adalah hasil pekerjaan mental yang meskipun tidak dapat diamati, jelas mempunyai dasar fisik. Proses mental secara kualitatif berbeda dari tingkah laku yang dapat diamati, dan karena berbeda dengan pandangan behavior (Pateda, 1990).

B.    Kemampuan Bahasa Pada Anak Usia 2-3 Tahun
1.     Perkembangan Kemampuan Bahasa Anak Umur 2-3 Tahun
Tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun merupakan suatu hal yang menyenangkan apabila diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kita akan menemukan seorang anak mampu berceloteh dan mulai tumbuh besar seperti anak lainnya. Pada tahap ini, tentu saja segala hal mulai dari kesehatan hingga psikis anak harus dijaga dengan baik agar mereka tetap mendapatkan suatu pertumbuhan yang optimal di masa mendatang. Untuk lebih memudahkan anda dalam mengontrol tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun, kami akan memberikan beragam perkembangan mulai dari fisik hingga otak anak.
1)     Kemampuan fisik
Pada usia ini, tubuh anak mulai tumbuh dengan lebih kuat. Ia juga semakin aktif dengan beragam gerakan yang terkadang membuat kita khawatir mengenai keselamatannya. Seorang anak bisa naik turun tangga, memanjat, naik sepeda roda tiga, melompat, serta semakin lincah untuk berlari.
2)     Kemampuan motorik
Anak akan mendapatkan sebuah kemampuan motorik yang cukup baik seperti memegang pensil, memotong kertas, mampu menekan beragam tombol di mainannya, bisa mencopot pakaian sendiri, dan masih banyak lagi. Bahkan, seorang anak telah mampu berinteraksi secara baik dengan video game yang ada di rumahnya.
3)     Kemampuan berbicara
Anak anda bisa mempunyai perkembangan bicara yang begitu pesat ketika menginjak usia ini. Seorang anak mampu menyebutkan beberapa kata dengan baik dan bahkan mereka bisa memperkenalkan nama lengkap dengan percaya diri kepada banyak orang. Tahap berbicara merupakan salah satu tahap yang begitu bermakna dan ditunggu-tunggu oleh para orang tua. Sehingga, setiap kata yang diucapkan oleh anak merupakan hal berharga.
4)     Perkembangan imajinasi
Imajinasi anak merupakan salah satu perkembangan yang seolah tanpa batas. Anak bisa melakukan beragam hal yang membuat kita takjub dan selalu menyenangkan bisa melihat perkembangan imajinasi mereka. anak bisa merencanakan sesuatu, membuat konstruksi dengan mainan mereka, dan ikut campur dalam pembicaraan yang kita lakukan.
Tentu saja, tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun merupakan hal yang sangat menyenangkan apabila diperhatikan. Anda juga harus peka apabila perkembangan mereka agak lain dari anak kebanyakan serta segera konsultasikan ke dokter.
Perkembangan kognitif anak dapat terjadi dengan cepat tanpa Bunda sadari. Sungguh sangat menakjubkan betapa pertumbuhan dan perkembangan otak anak setelah berusia 1 tahun. Pada tahap ini, sel-sel otak anak mulai terhubung satu dengan yang lainnya dengan tingkat perkembangan yang lebih cepat daripada tahap lain kehidupan si kecil.
Tahukah Bunda bahwa pada usia tiga tahun, otak si kecil sudah membentuk lebih dari 1.000 triliun koneksi sel otak! Anak Bunda akan belajar dengan cepat dan terobsesi dengan pertanyaan, “”Mengapa?””. Kata “”mengapa”” dari si kecil akan terus membombardir Bunda tiada henti.
Jangan abaikan hal ini dan bersabarlah. Pertanyaan “”mengapa”” menunjukkan bahwa si kecil memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dan hal ini adalah tanda bahwa anak Bunda sedang melalui proses pembelajaran kognitif. Bunda akan terkesima melihat bagaimana si kecil dapat menyerap dan belajar hal-hal baru dengan sangat cepat.
Apa itu perkembangan kognitif? Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan berpikir dan kemampuan belajar anak, yang meliputi perkembangan bahasa, rentang waktu konsentrasi, kemampuan untuk merencanakan sesuatu, pemecahan masalah dan kompetensi memori.
Usia 2 – 3 Tahun
Tahap Perkembangan Fisik
Hampir semua gigi sudah tumbuh termasuk beberapa gigi graham.
Lebih lincah berlari dan lebih baik meski terjatuh beberapa kali.
Mampu berjalan ke belakang.
Mampu menaiki tangga tanpa bantuan, satu demi satu pijakan.
Mampu minum dari gelas, menggunakan sedotan dan menyuapi diri sendiri dengan sendok.
Mampu mencuci tangan sendiri.
Mampu menyusun empat atau enam balok-balok.
Mampu memegang gelas, membuka kancing dan membuka resleting baju.
Tahap Perkembangan Kognitif
Bekerjasama pada saat bermain bersama.
Mampu bermain sendiri lebih lama.
Mampu mengidentifikasi dan memberitahu bagian tubuh mana yang sakit.
Tahap Perkembangan Bahasa / Komunikasi
 <="" span="">
Mengerti bahwa bahasa merupakan hal penting untuk mengkomunikasikan apa yang mereka perlukan.
Mampu menyebutkan kebanyakan nama mainan mereka.
Sering bertanya untuk belajar hal-hal di sekitar mereka.
Tahap Perkembangan Sosial & Emosional
Mampu membantu dengan instruksi yang mudah, seperti misalnya menata atau membersihkan meja makan.
Mengerti ketika orang senang atau sedih dengan mereka.
Mengalami kesulitan memilih antara 2 pilihan dan biasanya menginginkan keduanya.
5)     Peran Orangtua
Pada umur 2 tahun otak anak berkembang dengan pesat. Otak sangat aktif membentuk hubungan antar-sel-saraf (sinapsis) hingga 2 juta per detik. Otak anak usia 2 tahun dua kali lebih aktif daripada otak orang dewasa. Anak butuh nutrisi yang cukup, lingkungan yang aman dan stimulasi yang tepat supaya tercapai target perkembangan yang baik. Lingkungan dengan relasi yang dilandasi cinta dan kasih sayang akan memberikan anak rasa aman, nyaman, kepercayaan diri serta keberanian. Lingkungan ini akan mengajarkan pada anak tentang cara menjalin persahabatan, mengkomunikasikan perasaan emosi dan mengatasi tantangan yang muncul. Hubungan baik yang kuat juga akan mengajarkan anak tentang kepercayaan, empati, rasa welas asih serta tentang baik-buruk.
Anak umur 2 tahun sudah memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat dalam dunia sosial yang lebih luas. Anak umur 2 tahun mulai gemar terlibat bermain interaktif bersama anak/orang lain. Mereka juga memiliki kegemaran bermain peran “pura-pura seolah-olah” mengeksplorasi daya khayalnya yang sangat penting bagi perkembangan. Aksi permainan “seolah-olah menjadi” ini akan membantu anak mengembangkan ketrampilan bahasa, berpikir dan sosial. Anak akan mampu mengembangkan ide dan kisahnya sendiri.

Cara Tepat Berkomunikasi dengan Anak Usia 2 hingga 3 Tahun

Sebagai orang tua, anda tentunya harus selalu memperhatikan tahap kembang si kecil. Salah satu cara untuk yang dapat anda lakukan untuk dapat memantau perkembangan anak adna adalah dengan menciptakan komunkasi yang baik secara dua arah. Tidak terkecuali dengan anak anda yang sedang berusia 2 hingga 3 tahun. Pada usia ini sebaiknya anda meperhatikan betul komunikasi anda dengan si bauh hati. Berikut beberapa hal yang dapat anda lakukan agar perkembangan anak dapat semakin baik dan juga komunikasi dengan anak dapat berjalan lancar.

Pola Komunikasi yang Harus Anda Bangun
Usia 2 hingga tiga tahun adalah usia dimana perkembangan bahasa dan juga komunikasi anak anda akan berlangsung secara pesar. Pada masa ini biasanya anak sudah dapat mengikuti instruksi sederhana yang anda ajarkan. Pada tahapan ini anak juga sudah dapat untuk mengucapkan lebih dari 50 kata dan bahkan lebih. Anak sudah dapat memulai untuk mengucapkan kalimat sederhana dan juga gabungan kata yang bersifat sederhana. Saat akan mengajari anak anda, ingatlah bahwa anak di usia ini hanya dapat mengikuti 2 instruksi saja. Misalnya anda menyuruh anak untuk mengambil makanannya dan segera memakannya. Pada usia ini biasanya anak baru dapat mengenali kalimat gabungan yang sifatnya masih mudah. Usahakan tidak menggunakan kalimat majemuk bertingkat lebih dari dua tingkat agar anak tidak bingung. Pada usia sekitar tiga tahun anak anda biasanya sudah dapat mengingat lebih dari 200 kata hingga lebih. Bahwa banyak juga anak yang sudah mampu menggabungkan tiga hingga empat susunan kata secara bersamaan. Saat anak anda berusia tiga tahun, paling tidak anda sudah dapat mengerti dan memahami apa yang buah hati anda katakan. Bauh hati anda sudah mulai dapat berbicara dengan jelas dan lancer. Hampir 75% perkataan anak sudah akan anda mengerti. Sehingga pada usia ini jangan lupa untuk selalu mengenalkan kata-kata baru kepada anak untuk merangsang otaknya agar berkembang dengan baik.

Cara untuk Meningkatkan Komunikasi Anak
Pada usia 2 hingga 3 tahun anda dapat melakukan beberapa hal berikut untuk dapat lebih meningkatkan komunikasi dengan anak. Caranya adalah dengan mengajak anak anda untuk berbicara mengenai rencananya di hari esok. Anda dapat berbicara dengan anak anda saat senggang ataupun sebelum waktu tidur. Jangan lupa untuk membacakan selalu buku cerita yang dia sukai. Saat si kecil sudah mulai mengerti, cobalah ajak dia untuk bergantian embacakan cerita tersebut untuk anda. Walaupun baru sedikit-sedikit lama-kelamaan anak anda akan mulai paham dan pengetahuannya semakin menigkat. Pujilah anak anda ketika dia telah berhasil bercerita kepada anda. Pujian dapat menstimulasi anak untuk semakin berani mencoba berkomunikasi dengan anda.
Tahap Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun
  1. Keterampilan Motorik
    Menaiki tangga, memegang pegangan tangga, menggunakan kaki secara bergantian
    Berlari di antara rintangan-rintangan
    Berdiri dengan satu kaki untuk beberapa detik tanpa hilang keseimbangan
    Melompat dengan satu kaki
    Mendorong, menarik dan menyetir permainan beroda
    Dapat menggunakan sepeda roda tiga
    Menggunakan papan luncur tanpa bantuan
    Melompat rintangan setinggi sekitar 15 cm, menapak dengan dua kaki
    Melempar bola dengan tangan di atas kepala
    Menangkap bola yang melambung
    Mengancingkan kancing tekan
    Dapat membangun menara dari 9 sampai 12 balok
    Dapat memasukkan paku-pakuan ke dalam lubang
    Dapat meniru gambar lingkaran
    Dapat meniru tanda silang
    Dapat menggulung dan membentuk tanah liat (play doh/ lilin mainan)
    Meronce dengan manik-manik dengan lubang berdiameter 1 cm
    Dapat menggunting kertas menjadi terbelah dua
    Dapat menyelesaikan 10 keping pazel berkenop
  2. Keterampilan Berbahasa
    Mulai mengerti kata yang menerangkan waktu seperti : “Besok kita akan ke rumah nenek”
    Mengerti konsep besar dan kecil, panjang dan pendek
    Mengerti arti hubungan jika menggunakan kata “kalau…”, ”kemudian…” dan “karena”
    Dapat melakukan 2 sampai 4 kegiatan dengan instruksi yang berhubungan
    Mengerti arti kata “pura-puranya”
    Kosa kata berjumlah lebih dari 1000 kata
    Mengerti beberapa kata abstrak
    Memberi jawaban yang relevan jika ditanya
    Bercerita mengenai pengalamannya di masa lalu
    Menggunakan kata yang bersifat majemuk
    Menggunakan bentuk kalimat yang menceritakan masa lalu
    Menggunakan kata aku atau saya untuk menunjuk dirinya
    Menyebutkan finger play, pantun, menyanyi sebuah lagu
    Menyebutkan tiga buah angka yang berurutan
    Bahasa yang dipergunakan dapat dimengerti orang lain, meskipun masih sering membuat kesalahan
    Umumnya kalimat terdiri dari 4 sampai 5 kata
    Menggunakan kata depan di dalam, bawah dan di atas dalam kalimat dengan tepat
  3. Keterampilan Kognitif
    Mengenali dan dapat mencocokkan 6 warna
    Menyelesaikan 3 sampai 5 keping pazel
    Menyusun balok atau lingkaran menurut ukuran dari besar ke kecil
    Membangun jembatan dari 3 balok
    Menggambar dengan bentuk yang lebih dapat dikenali
    Menyebutkan dan menjelaskan secara singkat mengenai gambar yang dilihat
    Dapat menghitung benda sampai 3 buah
    Mengetahui gendernya (lelaki atau perempuan)
    Mengetahui nama depan dan nama belakangnya
    Memiliki kemampuan konsentrasi yang pendek, masih mudah teralihkan
    Belajar melalui observasi dan meniru orang dewasa
    Memiliki pengertian yang lebih luas mengenai guna dan pengelompokan benda
    Dapat menyambung dua bagian dari sebuah gambar menjadi satu
    Mengerti konsep sama dan berbeda
    Dapat mencocokkan bentuk geometris yang sama
    Mulai menyadari konsep masa lalu dan sekarang
  4. Keterampilan Mengurus Diri Sendiri
    Makan sendiri tanpa banyak bantuan
    Menyisir rambut sendiri
    Menuangkan air/pasir dari teko (botol) ke dalam gekas/cangkir/wadah lainnya
    Mengoles mentega dengan pisau roti
    Mengancingkan dan membuka kancing ukuran besar
    Mencuci tangan tanpa bantuan
    Menggunakan tissue dengan petunjuk
    Menggunakan toilet sendiri (namun masih memerlukan bantuan untuk membersihkan dan memakai baju kembali)
    Memakai kaos kaki dan sepatu tanpa tali
    Menyikat gigi dengan cukup teliti
    Bermain dengan anak lain, melakukan interaksi
    Menunggu giliran dan berbagi dengan dorongan dari orang lain
    Berusaha untuk membantu mengerjakan pekerjaan di rumah seperti menyapu
    Memulai permainan sandiwara (drama) & melakukan tingkah laku menurut peranannya seperti mengurus bayi.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.    METODE PENELITIAN
1.     Observasi
Peneliti menggunakan metode observasi dalam penelitian anak usia 2-3 tahun. Peneliti terjun langsung dalam penelitian  untuk mendapatkan data mengenai kemampuan bahasa pada anak usia 2-3 tahun dengan kondisi ibu bekerja.
2.     Wawancara
Peneliti mewawancarai orang tua dari anak tersebut. Peneliti tidak mewawancarai anak secara langsung, karena melihat usia anak yang belum bisa diajak berkomunikasi secara lancar. Jadi peneliti mendapatkan informasi dari orang tuanya melalui wawancara.

B.    OBJEK PENELTIAN
Anak usia 2 tahun 11 bulan bernama Alif Ardiansyah berjenis kelamin laki-laki dengan ibu bekerja.

C.    TEKNIK ANALISIS DATA
Untuk memperoleh data, peneliti merekam situasi objek menggunakan metode observasi (metode simak), metode cakap (wawancara), dan catat. Metode simak yang dilakukan dengan cara merekam kemudian mentranskripsikan hasil simakan yang diperoleh. Sedangkan metode cakap dilakukan dengan peneliti terlibat percakapan dengan Alif Ardiansyah  selaku objek penelitian secara langsung (Sudaryanto, 1993).

D.    LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Nama anak             : Alif Ardiansyah
Tempat penelitian :  Dukuh Rantam RT 05/RW 05 Rengas Pendawa, Larangan-Brebes
Waktu Penelitian   : 26 Desember 2015, pukul 11.00 – selesai.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL PENELITIAN TERHADAP ALIF (2 tahun 11 bulan)
Banyak kosakata telah dikuasai Alif. Berikut ini adalah beberapa kelompok kosakata yang telah ia sebutkan selama kami melakukan observasi.


1.     Kosakata Kekerabatan Yang Dikuasai
No
Kosakata
1
Mama
2
Papa
3
Embak (kakak)
4
Mbah kung (kakek)
5
Mbah ti (nenek)

2.     Kosakata nama-nama bagian tubuh
No
Kosakata
1
Tangan
2
Kaki
3
Kepala
4
Mata
5
Telinga
6
Hidung
3.     Kata ganti pokok (diri,penunjuk)
No
Kosakata
1
Kamu
2
Itu
3
Ini
4
Dia
4.     Kata tugas
No
Kosakata
1
Bukakan
2
Tutupkan
3
Hidupkan
5
Nyalakan
6
Matikan
5.     Kata bilangan pokok
No
Kosakata
1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
1o
Sepuluh
6.     Kata berhubungan transportasi
No
Kosakata
1
Mobil
2
Sepeda
3
Motor
7.     Kata yang berhubungan nama hari
No
Kosakata
1
Senin
2
Selasa
3
Rabu
4
Kamis
5
Jumat
6
Sabtu
7
Minggu

8.     Kata yang berhubungan pertanian
No
Kosakata
1
Sawah
2
Tani(petani)
3
Beras
4
Cangkul
5
Padi
6
Jagung
9.     Kata yang berhubungan dengan olah raga
No
Kosakata
1
Bola
2
Lapangan
3
Badminton
4
Kasti
5
Net
10.  Kata yang berhubungan dengan pariwisata
No
Kosakata
1
Pantai
2
Renang
3
Piknik
11.  Kata yang berhubungan dengan buah-buahan
No
Kosakata
1
Jeruk
2
Apel
3
Mangga
4
Pisang
5
Strawbery
6
Anggur
7
Salak
12.  Kata yang berhubungan dengan perkakas di rumah
No
Kosakata
1
Meja
2
Kursi
3
Tv (televisi)
4
Pot
5
Lemari
13.  Kata yang berhubungan dengan bidang sekolah
No
Kosakata
1
Buku
2
Guru
3
Papan tulis
4
Kapur
5
Pensil
14.  Kata yang berhubungan dengan perlengkapan diri
No
Kosakata
1
Baju
2
Celana
3
Sepatu
4
Sandal
5
Topi
15.  Kata yang berhubungan dengan alam
No
Kosakata
1
Gunung
2
Pohon
3
Sawah
4
Sungai
16.  Kata kerja pokok
No
Kosakata
1
Mandi
2
Main (bermain)
3
Nyanyi (bernyanyi)
4
Beli (membeli)
5
Nyari (mencari)
17.  Kata keadaan pokok
No
Kosakata
1
Dingin
2
Panas
3
Sepi
4
Ramai
5
Sibuk
18.  Kata benda universal
No
Kosakata
1
Buku
2
Pensil
3
Penggaris
4
Topi
5
Telepon



B.   HASIL PEMBAHASAN

Pada obyek penelitian ini yaitu Alif Ardiansyah anak usia 2 tahun 11 bulan sudah menguasai beberapa kosakata yang lumayan banyak. Ia sudah bisa menyebutkan nama-nama kata kekerabatan, anggota tubuh, kata-kata yang berhubungan dengan transportasi, buah-buahan, dan masih banyak yang lain. Anak ini sudah bisa menyimak ketika ada orang yang mengajaknya berbicara. Ia mampu menunjukkan bagian tubuh mereka ketika ditanya keberadaannya. Ia mampu mengidentifikasi dan memberitahu bagian tubuh mana yang sakit. Ia juga sudah bisa menyebutkan nama mainan-mainannya. Ia juga sudah bisa membantu dengan intsruksi yang muda, seperti menata atau membersihkan meja. Anak tersebut juga Ia juga mulai takut ketika bertemu orang yang tidak dikenal.
Dilihat dari cara anak berbicara, anak mengerti apa yang dimaksud oleh orang yg mengajak bicara. Namun sikap anak yg susah diajakin komunikasi membuat penelitih mengalami kesulitan. Jika sedang nonton televisi anak tidak akan fokus apa yang dikatakan oleh orang yang menayakan. Saat peneliti menanyakan tentang angka, dia hanya bisa menirukan apa yang dikatakan orangtuanya. Dia menirukan angka 1-20 yang dikatakan mamanya. Tapi secara jelas anak belum bisa membedakan mana angka1-20. Namun, jika saat-saat biasa anak mempunyai imajinnasi tinggi, anak  menanyakan hal-hal yang tidak masuk akal bagi orang dewasa, selain itu anak juga udah bisa menyebutkan nama benda yang dipegangnya.
Anak bisa bisa memanggil papa, mama, kakak dan nama-nama orang disekelilingnya. Menyebutkan kata-kata beda, kerja pun bisa. Tapi dilakukan saat tak terduga, sehingga sebagai penelitih merasa sulit jika aktivitas yang dilakukan harus direkam. Sebagai peneliti, menurut kami, untuk perkembangan bahasa pada anak usia 3 tahun menurut kami belum begitu aktif. Peneliti juga menelitih anak kecil perempuan usia 2,5 tahun, anak perempuan lebih aktif dan respon saat dilakukan penelitihan dibandingkan dengan anak laki-laki.

1.     Perkembangan Kemampuan Bahasa Anak Umur 2-3 Tahun
Alif Ardiansyah merupakan anak yang mempunyai umur 2 tahun 11 bulan, jika  dilihat dari keseharian, Alif bisa dikatakan aktif dalam melakukan sesuatu. Saat berkomunikasi dengan teman sebaya meraka maksud apa yang dibicarakan atau bisa dikatakan nyambung. Namun, bagi orang dewasa atau bukan seumuran seperti saat berkomunikasi dengan kami, apa yang dibicarakan si anak tidak tahu karena artikulasi yang tidak jelas.Untuk penjabaran perkembangan kemampuan Alif Ardiansyah sebagai berikut:
1)     Kemampuan fisik
Untuk kemampuan fisik Alif Ardiansyah bisa dikatakan aktif, dia bisa melakukan kegiatan yang kadang orang tua atau orang yang melihatnya ingin marah karena khawatir dengan apa yang dilakukan. Selain itu, sikap anak kecil yang nakal dan tidak mau mengalah dengan teman sebayanya membuat orang tua khawatir.
2)     Kemampuan motorik
Alif Ardiansyah sudah bisa memegang pencil, saat dikasih pencil Alif  mencoret-coret buku tanpa pola. Selain itu Alif sudah bisa makan sendiri, menum dengan air gelas tanpa bantuan orang lain dan memberikan jajan untuk teman sebaya atau keoranglain.
Alif mempunyai kemampuan motorik yang sesuai, karena dia sudah mempu melakukan seperti orang dewasa. Alif juga bisa menyalakan televisi, karena dia mempunyai hobi nonton televisi. Bermain dengan menaiki mobil mainan yang besar dan mengajak teman sebaya untuk bermain dorong-dorongan.
3)     Kemampuan berbicara
Dalam kemampuan bicara untuk umur 2 tahun 11 bulan sudah dikatakan bisa, Alif bisa menyebutkan namanya sendiri meskipun dengan vocal yang tak jelas. Selain itu, alif mampun menyebutkan nama mama, bapak, kakek, nenek, bahkan saudra-saudara dan teman sebayanya.
Alif mampu berbicara tanpa bantuan orangtuanya dengan menyebutkan hal-hal yang diingikan. Ketika Alif lapar, haus, ingin buang air kecil atau ada yang nakal dengannya, Alif akan mencerikan kepada mama dan ayahnya.
4)     Kemampuan imajinasi
Anak selalu mempunyai imajinasi yang tinggi, bahkan imajinasi anak mengkin menurut kita hal-hal yang tidak penting. Tapi bagi anak yang ingin tahu merupakan suatu hal yang penting dan wajib dijawab.
Seperti yang dilakukan Alif, dia memberikan pertanyaan kepada mamanya tentang jeruk. Saat itu alif sedang makan buah jeruk, Alif melontarkan pertanyaan kepada mamanya mengenai siapa ayahnya jeruk? Mama Alif tidak bisa menjawab, karena pertanyaan yang dilontarkan tidak masuk akal. Sebagai seorang tua yang mempunyai kewajiban menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang diberikan Alif, makan Si mama menjawab pohon jeruk. Alif bertanya lagi, dimana ayah jeruk mama? Si mama menjawab ayah jeruk jauh.
Dari percakapan antara Alif dengan Si ibu sudah bisa dilihat bahwa Alif mempunyai imajinasi, meskipun pertanyaan yang disampaikan Alif tidak masuk akal namun berharga bagi orangtua.




BAB V
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun merupakan suatu hal yang menyenangkan apabila diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kita akan menemukan seorang anak mampu berceloteh dan mulai tumbuh besar seperti anak lainnya. Pada tahap ini, tentu saja segala hal mulai dari kesehatan hingga psikis anak harus dijaga dengan baik agar mereka, Pada obyek penelitian ini yaitu Alif Ardiansyah anak usia 2 tahun 11 bulan sudah menguasai beberapa kosakata yang lumayan banyak. Ia sudah bisa menyebutkan nama-nama kata kekerabatan, anggota tubuh, kata-kata yang berhubungan dengan transportasi, buah-buahan, dan masih banyak yang lain. Anak ini sudah bisa menyimak ketika ada orang yang mengajaknya berbicara. Ia mampu menunjukkan bagian tubuh mereka ketika ditanya keberadaannya. Ia mampu mengidentifikasi dan memberitahu bagian tubuh mana yang sakit. Anak bisa bisa memanggil papa, mama, kakak dan nama-nama orang disekelilingnya. Menyebutkan kata-kata beda, kerja pun bisa. Tapi dilakukan saat tak terduga, sehingga sebagai penelitih merasa sulit jika aktivitas yang dilakukan harus direkam. Sebagai peneliti, menurut kami, untuk perkembangan bahasa pada anak usia 3 tahun menurut kami belum begitu aktif.

B.    SARAN
Hasil penelitian ini memberikan pemerolehan bahasa pada anak umur 2-3 tahun, kemampuan bahasa pada anak,  dan tentang perkembangan pada bahasa anak. Sebaiknya  sebagai pembaca atau orang tua memahami betul perkembangan anak pada umur tersebut, agar dapat mengetahui perkembangan anaknya dengan baik. Anak usia tersebut masih sangat peka dan rawan dalam pemerolehan bahasa. Mereka cenderung menirukan bahasa yang ada pada orang-orang disekitarnya. Untuk itu, sebagai orang tua harus berjaga-jaga agar anak tidak mendapatkan perlakuan bahasa yang salah.  Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan penelitian ini.  Dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Depdikbud
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia
. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Hurlock, Elizabeth b. 2007. Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga.
Subyantoro. 2012. Psikolinguistik kajian teoretis dan implementasinya. Semarang : UNNES PRESS
Tarigan, Henry Guntur. 1985.Psikolinguistik. Bandung : Angkasa.

Nahulinguistik. 2009. Pemerolehan bahasa Pertama. [Online] . http://nahulinguistik. wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama/. Diunduh tanggal 29 Juni 2014 pukul 14:00.